Dalam kepalaku, tumbuh sebatang pohon randu. Renta dan kering. Entah berapa umurnya. Mungkin seribu tahun. Pohon itu belum mati. Tepatnya belum mau mati. Masih ada yang dinantinya.
Sekian lama dia hanya menggenggam pucuk-pucuk buahnya. Tak mau berbuah lagi. Bahkan daun-daunnya dibiarkan cokelat dan gugur. Rantingnya pun dibiarkan kurus. Patah satu-satu.
Apa kalian lihat pucuk-pucuk buahnya yang hijau? Hanya itu satu-satunya yang tersisa darinya. Di dalamnya ada kumpulan serat kapuk yang tertidur. Putih, hangat. Bayi-bayi kapuk itu menunggu. Menunggu hingga pohon randu membuka buahnya. Menunggu terbebas. Menunggu terjatuh dengan perlahan. Seperti butiran salju yang juga putih. Halus dan hangat.